BAB I.
PENDAHULUAN
Jalan umum adalah
jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalankhusus adalah jalan yang
di bangun oleh instasi, badan usaha. Perseorangan, ataukelompok masyarakat
untuk kepentingan sendiri. Jalan tol adalah jalan umumyang merupakan bagian
sistem jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yangpenggunanya diwajibkan
membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yangdibayarkan untuk penggunaan
jalan tol. Jalan bebas hambatan adalah jalan umumuntuk lalu lintas menerus
dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dantanpa adanya persimpangan
sebanding serta dilengkapai dengan pagar ruang milikjalan.
Pembangunan
jalan adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yangmengatasi berbagai rintangan
geografi. Proses ini melibatkan pengalihan mukabumi, pembangunan jembatan dan
terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. (Ini mungkin melibatkan
penebasan hutan). Pelbagai jenis mesinpembangun jalan akan digunakan untuk
proses ini. Dalam proses pembuatan jalanitu sendiri disebut dengan perkerasan
jalan.
Perkerasan
jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yangdigunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang biasanya dipakai dalamperkerasan jalan
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil sampingpeleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain semen, aspal dantanah liat.
Muka
bumi harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampungbeban kendaraan.
Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengantanah yang lebih
keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnyadi atas lapisan
dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisanpermukaan.
Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.
Pengaliran/
drainase air merupakan salah satu faktor yang harusdiperhitungkan dalam
pembangunan jalan. Air yang berkumpul di permukaanjalan setelah hujan tidak
hanya membahayakan pengguna jalan, malahan akanmengikis dan merusakkan struktur
jalan. Karena itu permukaan jalan sebenarnyatidak betul-betul rata, sebaliknya
mempunyai landaian yang berarah ke selokan dipinggir jalan. Dengan demikian,
air hujan akan mengalir kembali ke selokan.
Setelah
itu dipasang di tempat-tempat yang berbahaya sepertibelokan yang tajam. Di
permukaan jalan mungkin juga akan diletakkan "matakucing", yakni
sejenis benda bersinar seperti batu yang "ditanamkan" dipermukaan
jalan. Fungsinya adalah untuk menandakan batas lintasan.
BAB II.
LAPISAN
PEKERJAAN JALAN
Berdasarkan
bahan ikat, lapisan perkerasan jalan ada dua kategori:
1.Lapisan Perkerasan Lentur
2.Lapisan Perkerasan Kaku
1.Lapisan Perkerasan Lentur
2.Lapisan Perkerasan Kaku
1.Perkerasan
Lentur ( Flexible Pavement )
Perkerasan
lentur adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan
pengikat.
Lapisan
– lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebabkanbeban lalulintas ke
tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan – lapisan tersebutadalah :Lapisan
permukaan (surface coarse)
Lapisan
pondasi atas (base coarse)
Lapisan pondasi bawah (sub-base coarse)
Lapisan tanah dasar (sub grade)
Lapisan pondasi bawah (sub-base coarse)
Lapisan tanah dasar (sub grade)
Gambar
5.1. Susunan perkerjaan perkerasan jalan
Lapisan
Permukaan ( surface coarse)
Lapisan
permukaan adalah bagian perkerasan jalan yang paling atas.
Lapisan
tersebut berfungsi sebagai berikut :
Lapisan
perkerasan penahan beban roda, yang mempunyai stabilitas tinggi
untuk
menahan beban roda selama masa pelayanan.
Lapisan
kedap air.
Air
hujang yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan di bawahnya
dan
melemahkan lapisan – lapisan tersebut.
Lapis aus.
Lapisan ulang langsung menderita gesekan akibat roda kendaraan.
Lapis aus.
Lapisan ulang langsung menderita gesekan akibat roda kendaraan.
Lapis –
lapis yang menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya sehingga
dapat
dipukul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek.
Lapisan
permukaan berdasarkan fungsinya :
Lapis
non structural, sebagai lapis aus dan kedap air.
Lapis
structural, sebagai lapis yang menahan dan menyebarkan beban
roda.
Bahan –
bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil, dan stabilisasi tanah
dengan
semen atau kapur.
Pennggunaan
bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap airdan memberikan
bantuan tenaga tarik yang berarti mempertinggi daya dukunglapisan terhadap
beban roda lalulintas.
Pemilihan
bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaannya,umur rencana, serta
pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar –besarnya dari biaya
yang dikeluarkan.
Pondasi
Atas ( base coarse )
Lapis
pondasi atas adalah bagian perkerasan jalan yang terletak antaralapis permukaan
dengan lapis pondasi bawah ( atau dengan tanah dasar bila tidakmenggunakan
lapis pondasi bawah )
Fungsi
lapis pondasi adalah :
Bagian
perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
Bantalan terhadap lapisan permukaan
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
Bantalan terhadap lapisan permukaan
Bahan
untuk lapis pondasi atas harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan
beban – beban roda.
Sebelum
menentukan bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasihendaknya dilakukan
penyelidikan dan pertimbangan sebaik – baiknyasehubungan dengan persyaratan
teknis. Bermacam – macam bahan alam ataubahan setempat (CBR>/50%, PI<4%)
dapat digunakan sebagai bahan lapispondasi atas, antara lain abut pecah,
krikil, dan stabilisasi tanah dengan semenatau kapur.
Lapis
pondasi bawah (sub-base coarse)
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah ;
Menyebarkan beban roda ketanah dasar.
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah ;
Menyebarkan beban roda ketanah dasar.
apis –
lapis yang menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya sehingga
dapat
dipukul oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih jelek.
Lapisan
permukaan berdasarkan fungsinya :
Lapis
non structural, sebagai lapis aus dan kedap air.
Lapis
structural, sebagai lapis yang menahan dan menyebarkan beban
roda.
Bahan –
bahannya terdiri dari batu pecah, kerikil, dan stabilisasi tanah
dengan
semen atau kapur.
Pennggunaan
bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap airdan memberikan
bantuan tenaga tarik yang berarti mempertinggi daya dukunglapisan terhadap
beban roda lalulintas.
Pemilihan
bahan lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaannya,umur rencana, serta
pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar –besarnya dari biaya
yang dikeluarkan.
Pondasi
Atas ( base coarse )
Lapis
pondasi atas adalah bagian perkerasan jalan yang terletak antaralapis permukaan
dengan lapis pondasi bawah ( atau dengan tanah dasar bila tidakmenggunakan
lapis pondasi bawah )
Fungsi
lapis pondasi adalah :
Bagian
perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
Bantalan terhadap lapisan permukaan
Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah
Bantalan terhadap lapisan permukaan
Bahan
untuk lapis pondasi atas harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan
beban – beban roda.
Sebelum
menentukan bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasihendaknya dilakukan
penyelidikan dan pertimbangan sebaik – baiknyasehubungan dengan persyaratan
teknis. Bermacam – macam bahan alam ataubahan setempat (CBR>/50%, PI<4%)
dapat digunakan sebagai bahan lapispondasi atas, antara lain abut pecah,
krikil, dan stabilisasi tanah dengan semenatau kapur.
Lapis
pondasi bawah (sub-base coarse)
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah ;
Menyebarkan beban roda ketanah dasar.
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi bawah ;
Menyebarkan beban roda ketanah dasar.
Efesiensi
penggunaan material. Material pondasi bawah lebih murah dari
pada
lapisan diatasnya.
Lapisperesepan
agar air tanah tidak berkumpul dipondas
ahannya
dari bermacam-macam tanah setempat (CBR >/20%. PI < 10%)yang relative
lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasibawah.
Campuran-campuran
tanah setempat dengan kapur atau semen Portlanddalam beberapa hal sangat
dilanjutkan agar dapat bantuan yang efektif terhadapkestabilan konstruksi
pekerasan.
Tanah
Dasar (Sub grade)
Tanah
dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan tanahgalian atau permukaan
tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakanpermukaan dasaruntuk perletakkan
bagian-bagian perkerasan lainnya.
BAB III
A.
Tanah Dasar (Sub Grade)
Tanah
dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah
pengerasan jalan.
Kekuatan
dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya
dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru
harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan
dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih
utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan
ke laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.
Jenis-
jenis tanah:
- Tanah
Liat Koloidal (Colloid)
Bentuk
butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir-
butirnya diselimuti oleh suatu selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal
terhadap air itu besar sekali.
- Tanah
liat biasa (clay)
Bentuk
butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap
air itu tidak seberapa besar.
- Tanah
lumpur (silt)
Bentuk
butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak kasar.
Besar butir- butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap air
itu kecil sekali.
- Pasir
halus (fine sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar.
Besar butir- butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara
butir- butir pasir halus dan air.
- Pasir
Kasar (Coarse sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar dan
tajam. Besar butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar
butir- butir pasir kasar dan air.
- Kerikil
(gravel)
Bentuk
butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur dan ada
yang pipih. Besar butir- butirnya lebih dari 2 mm.
B.
Agregat (Sub Base Course dan Base Course)
Ditinjau
dari asal kejadiannya agregat/ batuan dapat dibedakan :
- Batuan
beku
Batuan
yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas, batuan beku
luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan
sedimen
Sedimen
berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
Berdasarkan
cara pembentukannya batuan sedimen dapat ddibedakan atas:
·
Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu
pasir dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
·
Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara,
opal.
·
Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips
dan flint.
- Batuan
metamorf
Berasal
dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk
akibat adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
Berdasarkan
proses pengolahannya.
- Agregat
alam
Agregat
yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit
proses pengolahan, dinamakan agregat alam.
Dua
bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil
adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah
agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm
(saringan no.200).
- Agregat
yang melalui proses pengolahan
Digunung-
gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu gunung
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat
ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
·
Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
·
Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
·
Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses
pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone)
sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan.
- Agregat
buatan
Agregat
yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>
C.
Aspal (Surface Course)
Aspal
didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,pad temperature
ruang berbentuk padat sampai agak padat.jika dipanaskan sampai suatu
temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat
membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk
kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan macadam
ataupun peleburan.Jika temperature mulai turun,aspal akan mengeras dan mengikat
agregat pada rempatnya (sifat termoplastis).
Jenis
Aspal:
Berdasarkan
cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :
1. Aspal
alam,dapat dibedakan atas
- Aspal
gunung (rock asphalt),contoh aspal dari pulau beton
- Aspal
danau (lake asphalt) contoh aspal dari Bermudez,Trinidad.
2. Aspal
buatan
- Aspal
minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
- Tar,merupakan
hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan kara
lebih cepat mengeras,peka terhadap perubahan temperature dan beracun.
SIFAT
ASPAL
Aspal
yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan
pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu
sendiri
2. Bahan
pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari
agregat itu sendiri.
2.
PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA
A.
Uraian Teknis
Terutama
tentu kita akan mendapatkan gambar-gambar serta syarat-syarat dari pekerjaan
itu (spesifikasi) dan daerah yang akan diperkerjakan.
Langkah
utama untukk memulai pekerjaan ialah :
Survey
kembali,dalam hal ini untuk menentukan titik dasar/pedoman ketinggian dari
pekerjaan selanjutnya, setelah ditetapkan dassar ini,maka selanjutnya dapat
diteruskan membikin B.M (Benk Mark) dan titik lainya C (center line),dan
lain-lain.apabila telah selesai/deketahui hal-hal yang diperlukan yang
dilaksanakan surveyor/pengukuran baru dapat dimulai pekerjaan selanjutnya.
1.
Pekerjaan Tanah (Earth work)
Dalam
pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:
· Galian-
cut
· Timbunan-
fill
Ad.1
Galian- cut
Kalau
tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama- tama kita harus
bersihkan dari tumbuh- tumbuhan dan lapisan humusnya harus dibuang, tebal
lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm pekerjaan ini disebut juga Top Soil
Stripping. Dapat tidaknya tanah/ material galian ini dipakai untuk timbunan
akan dilakukan pengetesan oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu
boleh dapat dipakai untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis
Dario laboratorium.
Teknik
penggalian:
Setiap
akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang air tidak
tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan menyulitkan kerja
dan selanjutnya akan mempengaruhi mutu/klasifikasi dari material.
Ad.2
Timbunan :fill- embankment.
Materialnya:
Dapat
dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang juga
disebut Common excavation atau material atau bahan galian yang didatangkan dari
luuar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis
tanah:
-
Tanah- clay
- Tanah
bercampur batu- rock clay
- Pasir
+ Batu (sirtu)- Granular material
- Batu –
hasil dari pemecahan (memakai dynamit)-rock.
- Pasir
– sand.
Pasir
dapat dipakai minimal 0,60 dibawah permukaan badan jalan.
Cara
pelaksanaan :
Setelah
diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan serta siap segala persiapan patok-
patok dan lain- lain (pengukuran/ surveyor) maka dapat dikerjakan pekerjaan
sebagai berikut:
-
Clearing & grubbing pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
- Top
Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu
dan umumnya setebal 10-30 cm.
-
Compaction of foundation of Embankment.
-
Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
-
Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling test) baru diteruskan
pekerjaan selanjutnya- penimbunan.
-
Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer setebal ± 20 cm dan
didapatkan dibawah 1.00 dari sub-grade pengetesan(density test dapat
dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya cukup dengan test proof
rolling).
2.
Sub-Base Course
Sesudah
lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi dan
kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih
dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang
dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut potongan melintang
(X – section) dan dengan jarak maksimum 25 meter menurut potongan memanjang
atau profil.
Cara
pengamparan :
Setelah
selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/ ketebalannya maka
kita dapat mendatangkan material seb-base ini kelapangan. Patok- patok itu
dipasang harus cukup kuat, dan kita lindungi sekelilingnya dengan material
sub-base tersebut ± ø 30 cm.
Cara
pemadatan:
Prinsip
pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi.
Setelah
kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita laksanakan
dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller).
Selanjutnya
dengan Tire Roller dimana sambil ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan
sambil menyiram.
Untuk
menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah cukup
padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman). Sebelumnya
meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor) dan
kepadatan. Density Test oleh Soil Material Enginer/ Laboratorium.
Apabila
sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya) secara
tertulis baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3. Base
Course
Seperti
yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya
sama saja. Yaitu:
-
Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
-
Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 titik
dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan station
X-section.
-
Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu
volumenya yang diperlukan.
-
Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut pengalaman waktu
pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. : tebal 15 cm padat,
sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini jangan lupa bahwa lebih
kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya basah. Menurut
pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam ketentuan
(toleransi) dan mengurangi segregation.
-
Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita
apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita
padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem Roller, dimana biasanya
dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah/kurangi. Setelah
kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire Roller sambil
disiram.
Untuk
finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
-
Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check
level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test)
dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan
Prime-Coat.
4.
Prime Coat
Sebagai
mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan, base
coursenya betul- betul sudah memenuhi syarat yang dikehendaki, baik
ketinggiannya dan kepadatannya.
Sesudah
itu kita harus menjaga hal seperti berikut ini :
Permukaan
harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk membersihkan
adalah kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom, atau power blower.
Pemakaian
alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada
permukaan base-course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja
sudah cukup, dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru dengan sapu dan
karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan kotoran dan material yang
terlepas harus dibuang.
Setelah
ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang dipersiapkan ialah
alat- alatnya (distributor kecil), dan alat penarik (Tire Roller) atau
distributor (besar), juga disebut distributor- car distributor. Tentu semua
alat ini telah diperiksa baik dan berjalan lancar.
Untuk
memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa kali
percobaan dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui sebelumnya.
Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang keluar, jarak nozel dengan
permukaan base-course menentukan ratanya disamping juga ikut menentukan volume
tersebut.
Untuk
pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah ada
patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium
(Soil Material Engineer) harus hadir untuk mengecek dilapangan (cara
timbangan). Sesudah selesai dengan sempurna, dengan menunggu kering lebih
dahulu baru pekerjaan selanjutnya/ asphalt concrete dilaksanakan.
Umumnya
sesudah ± 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat
dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya
lapisan dari prime coat tersebut.
5.
Asphalt Concrete
Sebagaimana
yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan apabila
prime- coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a.
Harus sudah kering.
b.
Permukaan prime-coat itu bersih dari kotoran/ debu.
Apa
yang kita perlukan/ perhatikan?
a.
Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan kita pakai
form (bentuk atau mal)
Gunanya
adalah :
a.
Mendapatkan bentuk yang dikehendaki.
b. Yang
lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak lari/bergeser
keluar daerah yang kita perlukan.
Apabila
area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi syarat
kita akan beralih pada alat- alatnya.
Tebal
asphalt concrete
Ini
tergantung perencanaan.
Pengamparan
tebalnya sebelum dipadatkan biasanya diampar ± 25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum
memulai pengamparan, finisher disetel/ diatur sedemikian rupa, supaya dapat asphalt
concrete yang kita perlukan.
Finisher
itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt
concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/ tidak basah
(yang mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi syarat
(spesifikasi)Ump. , dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Produksi Asphalt
Concrete) tentu aka nada penurunan/ perubahan panas. Dalam pengalaman setiap
jarak ditempuh ± 1 jam perjalanan penurunan panas adalah .
Pemadatan
:
Sewaktu
penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat- tempat tertentu kurang rata,
maka perlu ditambah pengamparan cukup dengan tenaga manusia.
Memulai
pemadatan dilaksanakan telah cukup tersedia areanya dan panas- panas/
temperature dari asphalt concrete sesudah dihampar.
Sewaktu
pemadatan roda roller harus disiram air secukupnya.
Cara
pemadatan :
a.
Apabila pertama ½ dari lebar jalan belum ada asphalt concrete pemadatannya
dilakukan secara berturut- turut sebagai berikut:
1) Pada
sambungan melintang/ Transverse joints.
2) Dari
pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
3) Dari
bagian terendah kebagian tinggi sewaktu pemadatan pertama.
4)
Pemadatan kedua urutannya sama dengan pemadatan pertama.
5) Pemadatan
terakhir pun sama dengan pertama dan kedua urutannya.
b.
Apabila dibagian lain (½ jalan) sudah ada asphalt concretenya pemadatan
dilaksanakan sebagai berikut:
1) Pada
sambungan melintang (transverse joints)
2) Pada
sambungan memanjang (4 center line)
3) Dari
pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
4) Dari
bagian terendah kebahagiaan yang tinggi sewaktu pemadatan pertama.
5)
Pemandangan ke dua sama urutannya dengan pemadatan pertama.
6)
Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan kedua urutannya.
6.
T.B.S.T (Triple Bitominous Suface Treatment)
Sebagaimana
diuraikan diatas, lapisan pengerasannya sama dengan pekerjaan kalau kita pakai
asphalt concrete, hanya lapisan aus (pavement) yang berlainan.
Untuk
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Prime-coat
:
Sesudah
base-course memenuhi syarat- syarat baik kepadatan dan kerataannya baru
pekerjaan Prime Coat(M.C. -1) dilaksanakan, dengan volume yang diperlukan,
dengan volume yang diperlukan Ump.: 0.6 kg/m2, setelah kering, yang memerlukan
waktu ± 24 jam, tetapi kalau udara baik/ panas dengan wakktu ± 5 jam sudah
cukup kering.
b.
Bituminous R.C-2:
Setelah
prime-coat (M.C.-1) kering, lanjutkan dengan penyiraman asphalt (R.C.-2) lagi
dengan volume yang diperlukan Ump.:0,8 kg/m2.
c.
Grading B.:
Selagi
R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu pecah (grading B)
dengan volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m2. Hasil amparan ini harus marata.
Sesudah
merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem roller.
Pemadatan
cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat bahwa pemadatan itu
jangan sampai material hancur.
d.
Bituminous R.C-2
Selesai
grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka disiramkan lagi asphalt (R.C-2)
dengan volume yang diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e. Grading
E.:
Selagi
R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah (grading E) dengan volume yang
diperlukan Ump.:9 kg/m2 dan dipadatkan.
Bituminous
R.C-2 :
Sesudah
grading E dipadatkan dan rata disiram lagi asphalt dengan volume yang
diperlukan.
Pasir/Abu
Batu:
Terakhir
R.C-2 yang panas dihamparkan pasir dengan volume yang telah ditetapkan dan
dipadatkan, pemadatanya lebih baik pakai Tire-Roller.
BAB IV
Jenis-Jenis
Perkerasan Jalan
STRUKTUR
PERKERASAN
Pada
umumnya, perkerasan jalan terdiri dari beberapa jenis lapisan perkerasan yang
tersusun dari bawah ke atas,sebagai berikut :
Lapisan
tanah dasar (sub grade)
Lapisan
pondasi bawah (subbase course)
Lapisan
pondasi atas (base course)
Lapisan
permukaan / penutup (surface course)
PERKERASAN
LENTUR
Jenis
dan fungsi lapisan perkerasan
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar
Lapisan perkerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah dasar
Lapisan
Tanah Dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya. Menurut Spesifikasi, tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR).
Lapisan tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain.
Ditinjau
dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
Lapisan
tanah dasar, tanah galian.
Lapisan
tanah dasar, tanah urugan.
Lapisan
tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan
dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan
daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Perubahan
bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
Sifat
mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
Daya
dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada
lokasi yang berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan misalnya kepadatan
yang kurang baik.
Lapisan
Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah lapis pondasi atas.
Lapis
pondasi bawah ini berfungsi sebagai :
Bagian
dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapis
peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
Lapisan
untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi
atas.
Lapis
pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-roda alat berat (akibat lemahnya
daya dukung tanah dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
Lapis
pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca terutama hujan.
Lapisan
pondasi atas (base course)
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan.
Lapisan
pondasi atas ini berfungsi sebagai :
Bagian
perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke
lapisan di bawahnya.
Bantalan
terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan
untuk lapis pondasi atas ini harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Dalam penentuan bahan lapis pondasi ini perlu dipertimbangkan beberapa hal antara lain, kecukupan bahan setempat, harga, volume pekerjaan dan jarak angkut bahan ke lapangan.
Lapisan
Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
Lapisan permukaan adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan beban roda kendaraan.
Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :
Lapisan
yang langsung menahan akibat beban roda kendaraan.
Lapisan
yang langsung menahan gesekan akibat rem kendaraan (lapisaus).
Lapisan
yang mencegah air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya
dan melemahkan lapisan tersebut.
Lapisan
yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di
bawahnya.
Apabila
dperlukan, dapat juga dipasang suatu lapis penutup / lapis aus (wearing course)
di atas lapis permukaan tersebut.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
Fungsi lapis aus ini adalah sebagai lapisan pelindung bagi lapis permukaan untuk mencegah masuknya air dan untuk memberikankekesatan (skid resistance) permukaan jalan. Apis aus tidak diperhitungkan ikut memikul beban lalu lintas.
PERKERASAN
KAKU
Perkerasan
jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat
(slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga tidak
ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton sering
disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal
beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasra yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.
Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya.
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi.
Secara
lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah :
Menyediakan
lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
Menaikkan
harga modulus reaksi tanah dasar (modulus of sub-grade reaction = k), menjadi
modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction).
Mengurangi
kemungkinan terjadinya retak-retak pada plat beton.
Menyediakan
lantai kerja bagi alat-alat berat selama masa konstruksi.
Menghindari
terjadinya pumping, yaitu keluarnya butir-butiran halus tanah bersama air pada
daerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan
atau gerakan vertikal plat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air
bebas terakumulasi di bawah pelat.
Pemilihan
penggunaan jenis perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang
sudah lama dikenal dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan
dan kerugian masing-masing jenis perkerasan tersebut seperti dapat dilihat pada
Tabel 1.3.
Perkembangan perkerasan kaku
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Perkembangan perkerasan kaku
Pada awal mula rekayasa jalan raya, plat perkerasan kaku dibangun langsung di atas tanah dasar tanpa memperhatikan sama sekali jenis tanah dasar dan kondisi drainasenya. Pada umumnya dibangun plat beton setebal 6 – 7 inch. Dengan bertambahnya beban lalu-lintas, khususnya setelah Perang Dunia ke II, mulai disadari bahwa jenis tanah dasar berperan penting terhadap unjuk kerja perkerasan, terutama sangat pengaruh terhadap terjadinya pumping pada perkerasan. Oleh karena itu, untuk selanjutnya usaha-usaha untuk mengatasi pumping sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan.
Pada periode sebelumnya, tidak biasa membuat pelat beton dengan penebalan di bagian ujung / pinggir untuk mengatasi kondisi tegangan struktural yang sangat tinggi akibat beban truk yang sering lewat di bagian pinggir perkerasan.
Kemudian setelah efek pumping sering terjadi pada kebanyakan jalan raya dan jalan bebas hambatan, banyak dibangun konstruksi pekerasan kaku yang lebih tebal yaitu antara 9 – 10 inch.
Guna mempelajari hubungan antara beban lalu-lintas dan perkerasan kaku, pada tahun 1949 di Maryland USA telah dibangun Test Roads atau Jalan Uji dengan arahan dari Highway Research Board, yaitu untuk mempelajari dan mencari hubungan antara beragam beban sumbu kendaraan terhadap unjuk kerja perkerasan kaku.
Perkerasan beton pada jalan uji dibangun setebal potongan melintang 9 – 7 – 9 inch, jarak antara siar susut 40 kaki, sedangkan jarak antara siar muai 120 kaki. Untuk sambungan memanjang digunakan dowel berdiameter 3/4 inch dan berjarak 15 inch di bagian tengah. Perkerasan beton uji ini diperkuat dengan wire mesh.
Tujuan dari program jalan uji ini adalah untuk mengetahui efek pembebanan relatif dan konfigurasi tegangan pada perkerasan kaku. Beban yang digunakan adalah 18.000 lbs dan 22.400 pounds untuk sumbu tunggal dan 32.000 serta 44.000 pounds pada sumbu ganda. Hasil yang paling penting dari program uji ini adalah bahwa perkembangan retak pada pelat beton adalah karena terjadinya gejala pumping. Tegangan dan lendutan yang diukur pada jalan uji adalah akibat adanya pumping.
Selain itu dikenal juga AASHO Road Test yang dibangun di Ottawa, Illinois pada tahun 1950. Salah satu hasil yang paling penting dari penelitian pada jalan uji AASHO ini adalah mengenai indeks pelayanan. Penemuan yang paling signifikan adalah adanya hubungan antara perubahan repetisi beban terhadap perubahan tingkat pelayanan jalan. Pada jalan uji AASHO, tingkat pelayanan akhir diasumsikan dengan angka 1,5 (tergantung juga kinerja perkerasan yang diharapkan), sedangkan tingkat pelayanan awal selalu kurang dan 5,0.
BAB V
Aspal
adalah merupakan
bahan bitumen yang telah digunakan sejak dulu, hingga saat sekarang aspal
dipakai untuk jenis-jenis pekerjaan perkerasan, atap, pipa dan lain-lain.
Macam-macam
aspal antara lain :
Aspal
Alam
Aspal
ini terdapat di alam antara lain
lake
asphalt ( danau aspal )
rock
asphalt di pulau Buton
sand
asphalt
Yang
akan di bahas adalah rock asphalt, yang terdapat di puau Buton. Jenis aspal itu
juga sering disebut BUTAS ( Buton Aspal ), terdapat pada batu-batu karang
sehingga bercampur dengan kapur (CaCo). Umumnya berupa susunan bahan 35 %
bitumen, 60% bahan mineral, dan 5% bahan lainnya.
Proses
terjadinya rock asphalt adalah terjadi pada daerah yang mengandung minyak bumi
dan aspal.Akibat terjadinya gerakan-gerakan pada lapisan kulit bumi menyebabkan
terjadinya penurunan atau retak-retak pada permukaan bumi.Dengan adanya tekanan
dari bawah lapisan kulit bumi menyebabkan keluarnya minyak bumi.Apabila tekanan
yang tejadi besar, maka minyak bumi akan keluar dengan aspal yang dikandungnya,
akan tetapi sebaliknya, apabila tekanan itu lemah maka minyak bumi akan
merembes melalui retakan-retakan dan aaspal itu tertinggal. Pada proses
perjalanan minyak bumi tadi, akan melalui batuan-batuan yang sifatnya p[orous
sehingga minyak bumi yang mengandung aspal akan meresap pada lapisan batuan
porous tersebut dan terjadilah rock asphalt.
2 jenis
aspal dari pulau Buton berdasarkan kadar bitumennya :
Kadar
bitumen aspal > 20 %, = bisa langsung dipakai untuk mengaspal jalan
Kadar
bitumen aspal < 20 %
Sifat
Butas Aspal
aspal
apabila kena panas akan berubah keadaannya dari keadaan keras menjadi keadaan
plastis. Sampai suhu 30 derajat Celcius. Batu aspal masih bersifat rapuh /
getas dan mudah pecah. Sehingga apabila dibutuhkan butiran batu aspal yang
berukuran kecil, maka pemecahan bungkah-bungkah batuan aspal dilakukan pada
suhu rendah.Suhu diantara 40 – 50 derajat Celcius akan bersifat plastis dan
jika dipukul akan sukar pecah. Diatas suhu 60 derajat Celcius maka batu aspal
sudah bersifat sangat plastis.
Aspal
Buatan
Aspal
minyak dengan bahan dasar aspal dapat dibedakan atas :
Aspal keras/
panas (asphalt cement, AC), adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair dan
panas. Aspal ini berbentuk padat pada keadaan penyimpanan (temperatur ruang).
Aspal
emulsi (emulsion asphalt) adalah aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi,
dapat digunakan dalam keadaan dingin ataupun panas. Aspal emulsi dan cutback
aspal umum digunakan pada campuran dingin atau pada penyemprotan dingin.
Aspal
dingin/ cair (cut back asphalt) adalah aspal yang digunakan dalam keadaan cair
dan dingin
Aspal
Keras / Aspal Cement
Aspal
cement pada temperatur ruang (25oC - 30oC) berbentuk padat. Aspal semen terdiri
dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi
asalnya. Pengelompokkan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi
pada temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai viskositanya. Di Indonesia aspal
semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya,yaitu :
AC pen
40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-502.
AC pen
60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-703.
AC pen
85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-1004.
AC pen
120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-1505.
AC pen
200-300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300Persyaratan Aspal Keras /
Aspal Cement
Aspal
Emulsi
Aspal
cement dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau
lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah.
Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60-70 dan
80-100.
Aspal
emulsi adalah suatu campuran aspal dengan air dalam bahan pengemulsi.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas
:
Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus
listrik positif.
Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan
negatif.c. Nanionik, merupakan aspal emulsi yang tidak
mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.
Nanionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak
mengantarkan listrik.
Aspal
Cair (Curback asphalt)
Aspal
cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil
penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt berbentuk cair
dalam temperatur ruang. Berdasarkan bahan cairnya dan kemudahan menguap
bahan pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1.
RC (Rapid Curing Cut Back):Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bensin
atau premium.RC merupakan cut back aspal yang paling cepat menguap.
2.
MC (Medium Curing Cut Back):Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan
bahan pencair yang lebih kental seperti minyak tanah
3.
SC (Slow Curing Cut Back)
4.
Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti
solar. Aspal jenis ini merupakan cutback aspal yang paling lama menguap.
Berdasarkan
nilai viskositas pada temperatur 60oC, cutback aspat dapat dibedakan atas :
RC 30 –
60
MC 30 –
60
SC 30 – 60
RC 70 –
40
MC 70 –
140 SC
70 – 140
RC 250
– 500 MC 250 –
500 SC 250 – 500
RC 800
– 1600 MC 800 –
1600 SC 800 – 1600
RC 3000
– 6000 MC 3000 –
6000 SC 3000 – 6000
Terima
kasih telah berkunjung ke blog kami, komentar anda adalah sesuatu yang berharga
untuk membangun blog ini tetap ada, sedikit kata sangat berharga untuk kami,
salam sukses buat kita semua,,,
0 comments:
Post a Comment