BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu sarana bagi manusia untuk berinteraksi adalah jalan raya yang telah dikenal sejak zaman dahulu. Mereka menyadari dengan adanya sarana jalan raya akan memudahkan untuk melakukan berbagai macam kegiatan. Di era globalisasi sekarang ini sedikitnya telah dikenal model transportasi darat, laut dan udara. Jalan raya merupakan salah satu sarana untuk moda transportasi darat. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka jalan raya pun tidak luput dari sentuhan teknologi tersebut dengan ditemukan beberapa jenis bahan yang bias dipakai untuk pekerjaan pelapisan diantaranya Laston, Asbuton, Burtu, dan lain- lain.
Jalan-
jalan modern yang dilengkapi dengan lapis perkerasan banyak dijumpai
dikota-kota ataupun dengan adanya jalan- jalan akses ke perkampungan dan
pemukiman penduduk. Seiring dengan pengoperasian jalan tersebut selama periode
umur rencana jalan, maka jalan tersebut mengalami penurunan kualitas. Untuk
itu, pada saat pelaksanaan perkerasan jalan raya itu harus teliti dan sesuai
dengan data- data yang diperoleh dilapangan. Misalkan; barapa kenderaan yang
melintasi, umur rencana, serta persentase peningkatan kenderaan hariannya, dan
banyak lagi yang lainnya yang harus kita lihat.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
MATERIAL- MATERIAL PADA PELAKSANAAN JALAN RAYA
A.
Tanah Dasar (Sub Grade)
Tanah
dasar ialah jalur tanah bagian dari jalan tanah yang terletak dibawah
pengerasan jalan.
Kekuatan
dan keawetan pengerasan jalan itu sangat tergantung pada sifat- sifat dan daya
dukung tanah dasar. Oleh karena itu, maka pada perencanaan pembuatan jalan baru
harus diadakan pemeriksaan tanah yang teliti ditempat- tempat yang akan
dijadikan tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung pengerasan jalan. Lebih
utama kalau diambil beberapa contoh tanah dari tanah dasar itu dan dikirimkan
ke laboratorium penyelidikan tanah untuk diselidiki.
Jenis-
jenis tanah:
- Tanah
Liat Koloidal (Colloid)
Bentuk
butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin.
Besar butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir-
butirnya diselimuti oleh suatu selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal
terhadap air itu besar sekali.
- Tanah
liat biasa (clay)
Bentuk butir-
butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin. Besar
butir- butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap air
itu tidak seberapa besar.
- Tanah
lumpur (silt)
Bentuk
butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak kasar.
Besar butir- butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap air
itu kecil sekali.
- Pasir
halus (fine sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar.
Besar butir- butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara
butir- butir pasir halus dan air.
- Pasir
Kasar (Coarse sand)
Bentuk
butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar dan
tajam. Besar butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar
butir- butir pasir kasar dan air.
- Kerikil
(gravel)
Bentuk
butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur dan ada
yang pipih. Besar butir- butirnya lebih dari 2 mm.
B.
Agregat (Sub Base Course dan Base Course)
Ditinjau
dari asal kejadiannya agregat/ batuan dapat dibedakan :
- Batuan
beku
Batuan
yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas, batuan beku
luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan
sedimen
Sedimen
berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
Berdasarkan
cara pembentukannya batuan sedimen dapat ddibedakan atas:
·
Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu
pasir dan batu lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
·
Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara,
opal.
·
Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips
dan flint.
- Batuan
metamorf
Berasal
dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk
akibat adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
Berdasarkan
proses pengolahannya.
- Agregat
alam
Agregat
yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit
proses pengolahan, dinamakan agregat alam.
Dua
bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil
adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah
agregat dengan ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm
(saringan no.200).
- Agregat
yang melalui proses pengolahan
Digunung-
gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu gunung
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan
sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan.
Agregat
ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
·
Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
·
Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
·
Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses
pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone)
sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan
spesifikasi yang ditetapkan.
- Agregat
buatan
Agregat
yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>
C.
Aspal (Surface Course)
Aspal
didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,pad temperature
ruang berbentuk padat sampai agak padat.jika dipanaskan sampai suatu
temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat
membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton atau dapat masuk
kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau penyiraman pada kekerasan
macadam ataupun peleburan.Jika temperature mulai turun,aspal akan mengeras dan
mengikat agregat pada rempatnya (sifat termoplastis).
Jenis
Aspal:
Berdasarkan
cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :
1.
Aspal alam,dapat dibedakan atas
- Aspal
gunung (rock asphalt),contoh aspal dari pulau beton
- Aspal
danau (lake asphalt) contoh aspal dari Bermudez,Trinidad.
2.
Aspal buatan
- Aspal
minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
-
Tar,merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk perkerasan
jalan kara lebih cepat mengeras,peka terhadap perubahan temperature dan
beracun.
SIFAT
ASPAL
Aspal
yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi sebagai :
1.
Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal
itu sendiri
2.
Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada
dari agregat itu sendiri.
2.
PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN RAYA
A.
Uraian Teknis
Terutama
tentu kita akan mendapatkan gambar-gambar serta syarat-syarat dari pekerjaan
itu (spesifikasi) dan daerah yang akan diperkerjakan.
Langkah
utama untukk memulai pekerjaan ialah :
Survey
kembali,dalam hal ini
untuk menentukan titik dasar/pedoman ketinggian dari pekerjaan selanjutnya,
setelah ditetapkan dassar ini,maka selanjutnya dapat diteruskan membikin B.M
(Benk Mark) dan titik lainya C (center line),dan lain-lain.apabila telah
selesai/deketahui hal-hal yang diperlukan yang dilaksanakan surveyor/pengukuran
baru dapat dimulai pekerjaan selanjutnya.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEiS7uNlKzpkzjIlk_0DT4zQBXyMGU_-keyfy6o9qrTvUJTlakaMoqYrYDyo6401f2LeTC-zLRJNcB8REYvlYhc56PGXEIBvWOsI0yT706NRTwbwobF2EOdDSb6IteSgTksNt0RnaznNsiXrIY8esOos-jA0EIZXnzHUrzk=](file:///C:\Users\Diana\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
1.
Pekerjaan Tanah (Earth work)
Dalam
pekerjaan tanah pada umumnya kita menemui 2 macam:
·
Galian- cut
·
Timbunan- fill
Ad.1
Galian- cut
Kalau
tanah dari galian akan dipergunakan untuk timbunan pertama- tama kita harus
bersihkan dari tumbuh- tumbuhan dan lapisan humusnya harus dibuang, tebal
lapisan ini umumnya setebal 10- 30 cm pekerjaan ini disebut juga Top Soil
Stripping. Dapat tidaknya tanah/ material galian ini dipakai untuk timbunan
akan dilakukan pengetesan oleh laboratorium. Jadi, dalam hal ini material itu
boleh dapat dipakai untuk timbunan setelah ada hasil atau ketetapan tertulis
Dario laboratorium.
Teknik
penggalian:
Setiap
akan berhenti pekerjaan sedapat mungkin diusahakan kalau hujan datang air tidak
tergenang. Sebab, kalau sampai air tergenang mengakibatkan menyulitkan kerja
dan selanjutnya akan mempengaruhi mutu/klasifikasi dari material.
Ad.2
Timbunan :fill- embankment.
Materialnya:
Dapat
dipakai dari hasil galian atau cut. Yang termasuk dalam rencana yang juga
disebut Common excavation atau material atau bahan galian yang didatangkan dari
luuar daerah pekerjaan disebut Borrow Excavation.
Jenis
tanah:
-
Tanah- clay
- Tanah
bercampur batu- rock clay
- Pasir
+ Batu (sirtu)- Granular material
- Batu
– hasil dari pemecahan (memakai dynamit)-rock.
- Pasir
– sand.
Pasir
dapat dipakai minimal 0,60 dibawah permukaan badan jalan.
Cara
pelaksanaan :
Setelah
diketahui dengan pasti daerah yang dilaksanakan serta siap segala persiapan
patok- patok dan lain- lain (pengukuran/ surveyor) maka dapat dikerjakan
pekerjaan sebagai berikut:
-
Clearing & grubbing pekerjaan pemotongan pohon- pohon besar/ kecil.
- Top
Soil & Stripping- pembuangan humus- humus/ lapisan atas, akar- akar kayu
dan umumnya setebal 10-30 cm.
-
Compaction of foundation of Embankment.
-
Pemadatan tanah dasar sebelum dilaksanakan penimbunan.
-
Lapisan ini perlu di test (density- test of proof rolling test) baru diteruskan
pekerjaan selanjutnya- penimbunan.
-
Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis/ layer by layer setebal ± 20 cm dan
didapatkan dibawah 1.00 dari sub-grade pengetesan(density test dapat
dilaksanakan setiap 3 lapis, jadi setiap lapisnya cukup dengan test proof
rolling).
2.
Sub-Base Course
Sesudah
lapisan sub-grade ini betul- betul telah memenuhi syarat- syarat evalasi dan
kepadatan kita akan mulai pekerjaan sub-base course.
Terlebih
dahulu kita tentukan lagi patok- patoknya. Untuk mencapai ketebalan yang
dikehendaki. Titik yang diperlukan minimum : 5 titik menurut potongan melintang
(X – section) dan dengan jarak maksimum 25 meter menurut potongan memanjang
atau profil.
Cara
pengamparan :
Setelah
selesai pemasangan patok- patok untuk menentukan ketinggian/ ketebalannya maka
kita dapat mendatangkan material seb-base ini kelapangan. Patok- patok itu
dipasang harus cukup kuat, dan kita lindungi sekelilingnya dengan material
sub-base tersebut ± ø 30 cm.
Cara
pemadatan:
Prinsip
pemadatan harus dimulai dari pinggir/ dari rendah ke tengah /tinggi.
Setelah
kita ratakan permukaan dengan motor grader. Pemadatan pertama kita laksanakan
dengan road roller (MacAdam Roller atau Tandem Roller).
Selanjutnya
dengan Tire
Roller dimana sambil
ikut memadatkan pada waktu/ keadaan memerlukan sambil menyiram.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEiS7uNlKzpkzjIlk_0DT4zQBXyMGU_-keyfy6o9qrTvUJTlakaMoqYrYDyo6401f2LeTC-zLRJNcB8REYvlYhc56PGXEIBvWOsI0yT706NRTwbwobF2EOdDSb6IteSgTksNt0RnaznNsiXrIY8esOos-jA0EIZXnzHUrzk=](file:///C:\Users\Diana\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
Untuk
menyelesaikan pemadatan kita pakai sebaiknya Mac Adam Roller. Sudah cukup
padat, melihat dengan pandangan mata pertama kali (pengalaman). Sebelumnya
meneruskan pekerjaan selanjutnya mencetak elevasi (oleh surveyor) dan
kepadatan. Density Test oleh Soil Material Enginer/ Laboratorium.
Apabila
sudah memenuhi syarat untuk hal kedua ini (elevasi dan kepadatannya) secara
tertulis baru dapat dilaksanakan pekerjaan berikutnya/ base course.
3. Base
Course
Seperti
yang diuraikan pada pekerjaan sub-base course pekerjaan base course prinsipnya
sama saja. Yaitu:
-
Permukaan sub- base course harus sudah rata dan padat.
-
Dipasang patok- patok untuk pedoman ketinggiannya (dalam arah melintang 5 titik
dan arah memanjang dengan jarak maksimal setiap 25 m) sesuai dengan station
X-section.
-
Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu
volumenya yang diperlukan.
-
Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut pengalaman waktu
pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. : tebal 15 cm padat,
sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini jangan lupa bahwa lebih
kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya basah. Menurut
pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam ketentuan
(toleransi) dan mengurangi segregation.
-
Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita
apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita
padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem Roller, dimana biasanya
dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah/kurangi. Setelah
kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire
Roller sambil disiram.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEiS7uNlKzpkzjIlk_0DT4zQBXyMGU_-keyfy6o9qrTvUJTlakaMoqYrYDyo6401f2LeTC-zLRJNcB8REYvlYhc56PGXEIBvWOsI0yT706NRTwbwobF2EOdDSb6IteSgTksNt0RnaznNsiXrIY8esOos-jA0EIZXnzHUrzk=](file:///C:\Users\Diana\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
Untuk
finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller lagi.
-
Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check
level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test)
dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan
Prime-Coat.
4.
Prime Coat
Sebagai
mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan, base
coursenya betul- betul sudah memenuhi syarat yang dikehendaki, baik
ketinggiannya dan kepadatannya.
Sesudah
itu kita harus menjaga hal seperti berikut ini :
Permukaan
harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk membersihkan
adalah kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom, atau power blower.
Pemakaian
alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada
permukaan base-course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja
sudah cukup, dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru dengan sapu dan
karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan kotoran dan material yang
terlepas harus dibuang.
Setelah
ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang dipersiapkan ialah
alat- alatnya (distributor kecil), dan alat penarik (Tire
Roller) atau
distributor (besar), juga disebut distributor- car distributor. Tentu semua
alat ini telah diperiksa baik dan berjalan lancar.
![https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEiS7uNlKzpkzjIlk_0DT4zQBXyMGU_-keyfy6o9qrTvUJTlakaMoqYrYDyo6401f2LeTC-zLRJNcB8REYvlYhc56PGXEIBvWOsI0yT706NRTwbwobF2EOdDSb6IteSgTksNt0RnaznNsiXrIY8esOos-jA0EIZXnzHUrzk=](file:///C:\Users\Diana\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
Untuk
memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa kali
percobaan dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui sebelumnya.
Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang keluar, jarak nozel dengan
permukaan base-course menentukan ratanya disamping juga ikut menentukan volume
tersebut.
Untuk
pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah ada
patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium
(Soil Material Engineer) harus hadir untuk mengecek dilapangan (cara
timbangan). Sesudah selesai dengan sempurna, dengan menunggu kering lebih
dahulu baru pekerjaan selanjutnya/ asphalt concrete dilaksanakan.
Umumnya
sesudah ± 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat
dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya lapisan
dari prime coat tersebut.
5.
Asphalt Concrete
Sebagaimana
yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan apabila
prime- coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :
a.
Harus sudah kering.
b.
Permukaan prime-coat itu bersih dari kotoran/ debu.
Apa
yang kita perlukan/ perhatikan?
a.
Sesudah kita mengetahui beberapa lebar jalan yang akan dilaksanakan kita pakai
form (bentuk atau mal)
Gunanya
adalah :
a.
Mendapatkan bentuk yang dikehendaki.
b. Yang
lebih penting sewaktu kita memadatkan asphalt concrete tidak lari/bergeser
keluar daerah yang kita perlukan.
Apabila
area/daerah yang kita akan laksanakan tersebut sudah selesai/ memenuhi syarat
kita akan beralih pada alat- alatnya.
Tebal
asphalt concrete
Ini
tergantung perencanaan.
Pengamparan
tebalnya sebelum dipadatkan biasanya diampar ± 25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum
memulai pengamparan, finisher disetel/ diatur sedemikian rupa, supaya dapat
asphalt concrete yang kita perlukan.
Finisher
itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt
concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/ tidak
basah (yang mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi
syarat (spesifikasi)Ump. , dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Produksi
Asphalt Concrete) tentu aka nada penurunan/ perubahan panas. Dalam pengalaman
setiap jarak ditempuh ± 1 jam perjalanan penurunan panas adalah .
Pemadatan
:
Sewaktu
penghamparan mungkin saja terjadi pada tempat- tempat tertentu kurang rata,
maka perlu ditambah pengamparan cukup dengan tenaga manusia.
Memulai
pemadatan dilaksanakan telah cukup tersedia areanya dan panas- panas/
temperature dari asphalt concrete sesudah dihampar.
Sewaktu
pemadatan roda roller harus disiram air secukupnya.
Cara
pemadatan :
a.
Apabila pertama ½ dari lebar jalan belum ada asphalt concrete pemadatannya
dilakukan secara berturut- turut sebagai berikut:
1) Pada
sambungan melintang/ Transverse joints.
2) Dari
pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
3) Dari
bagian terendah kebagian tinggi sewaktu pemadatan pertama.
4)
Pemadatan kedua urutannya sama dengan pemadatan pertama.
5)
Pemadatan terakhir pun sama dengan pertama dan kedua urutannya.
b. Apabila
dibagian lain (½ jalan) sudah ada asphalt concretenya pemadatan dilaksanakan
sebagai berikut:
1) Pada
sambungan melintang (transverse joints)
2) Pada
sambungan memanjang (4 center line)
3) Dari
pinggir tepi sebelah luar (out side edge)
4) Dari
bagian terendah kebahagiaan yang tinggi sewaktu pemadatan pertama.
5)
Pemandangan ke dua sama urutannya dengan pemadatan pertama.
6)
Pemadatan terakhir pun sama dengan pemadatan pertama dan kedua urutannya.
6.
T.B.S.T (Triple Bitominous Suface Treatment
)
![https://blogger.googleusercontent.com/img/proxy/AVvXsEiS7uNlKzpkzjIlk_0DT4zQBXyMGU_-keyfy6o9qrTvUJTlakaMoqYrYDyo6401f2LeTC-zLRJNcB8REYvlYhc56PGXEIBvWOsI0yT706NRTwbwobF2EOdDSb6IteSgTksNt0RnaznNsiXrIY8esOos-jA0EIZXnzHUrzk=](file:///C:\Users\Diana\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.png)
Sebagaimana
diuraikan diatas, lapisan pengerasannya sama dengan pekerjaan kalau kita pakai
asphalt concrete, hanya lapisan aus (pavement) yang berlainan.
Untuk
pelaksanaannya sebagai berikut:
Sesudah
base-course memenuhi syarat- syarat baik kepadatan dan kerataannya baru
pekerjaan Prime Coat(M.C. -1) dilaksanakan, dengan volume yang diperlukan,
dengan volume yang diperlukan Ump.: 0.6 kg/m2, setelah kering, yang memerlukan
waktu ± 24 jam, tetapi kalau udara baik/ panas dengan wakktu ± 5 jam sudah
cukup kering.
b.
Bituminous R.C-2:
Setelah
prime-coat (M.C.-1) kering, lanjutkan dengan penyiraman asphalt (R.C.-2) lagi
dengan volume yang diperlukan Ump.:0,8 kg/m2.
c.
Grading B.:
Selagi
R.C.-2 ini masih dalam panas, segera diamparkan material batu pecah (grading B)
dengan volume yang diperlukan Ump. 27 kg/m2. Hasil amparan ini harus marata.
Sesudah
merata dan cukup padat, lalu kita padatkan dengan tandem roller.
Pemadatan
cukup satu kali jalan (mundur dan maju). Harus diingat bahwa pemadatan itu
jangan sampai material hancur.
d.
Bituminous R.C-2
Selesai
grading B dipadatkan dan sudah cukup rata, maka disiramkan lagi asphalt (R.C-2)
dengan volume yang diperlukan Ump. : 1,6 kg/m2.
e.
Grading E.:
Selagi
R.C-2 itu panas diampar lagi material batu pecah (grading E) dengan volume yang
diperlukan Ump.:9 kg/m2 dan dipadatkan.
Bituminous
R.C-2 :
Sesudah
grading E dipadatkan dan rata disiram lagi asphalt dengan volume yang
diperlukan.
Pasir/Abu
Batu:
Terakhir
R.C-2 yang panas dihamparkan pasir dengan volume yang telah ditetapkan dan
dipadatkan, pemadatanya lebih baik pakai Tire-Roller.
Terima
kasih telah berkunjung ke blog kami, komentar anda adalah sesuatu yang berharga
untuk membangun blog ini tetap ada, sedikit kata sangat berharga untuk kami,
salam sukses buat kita semua,,,
0 comments:
Post a Comment